Selasa, 29 Januari 2013

“Konsepsi Catur Varna menurut Hindu”


            Sekarang ini kita tidak asing lagi dengan pernikahan beda kasta, seperti Kasta Brahmana menikah dengan Kasta Sudra. Namun ketika zaman dahulu, hal ini masih di perdebatkan, bahkan di daerah-daerah tertentu di bali, hal ini juga masih menjadi pertentangan yang sengit. Karena menurut pemikiran mereka, bahwa pernikahan beda kasta dianggap melanggar norma-norma serta nilai yang telah berkembang di masyarakat. Akan tetapi, semakin maju perkembangan pola pikir masyarakat sekitar, hal ini mulai mengendor perlakuannya. Terbukti dengan banyaknya kaum Brahmana menikah dengan kaum Waisya atau Sudra. Dahulu, Kasta dianggap sebagai pemisahan golongan masyarakat berdasarkan pekerjaan, seperti kaum Brahmana bertugas untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan suci weda, Ksatria bertugas di pemerintahan, Waisya bertugas untuk berdagang, dan Sudra bertugas sebagai Budak. Namun nama “Kasta” sudah berubah dengan nama “Warna” yang tidak jauh memiliki arti yang sama pula, hanya saja bukan jenis pekerjaan yang membedakannya tetapi keturunannya. Hal ini terbukti dari banyaknya kaum Brahmana, Waisya maupun Sudra yang bertugas di Pemerintahan yang seharusnya hanya menjadi tugas seorang Ksatria saja.
            Dahulu, pengetahuan suci atau veda hanya dapat dipelajari oleh orang suci juga seperti kaum Brahmana yang nantinya akan menjadi pemangku atau pedanda. Sedangkan kaum Ksatria, Waisya, maupun Sudra tidak boleh mempelajari Weda. Tetapi sekarang, Veda dapat dipelajari oleh siapapun termasuk golongan Sudra sekalipun. Karena ilmu pengetahuan merupakan hal yang suci asalkan yang mempelajari Veda itu dalam pikiran yang suci pula. Toh nantinya, ilmu pengetahuan itu akan berguna bagi siapa saja yang memerlukannya. Mungkin, menurut pemikiran orang-orang jaman dahulu bahwa veda akan ternodai jika dipelajari oleh kaum-kaum tidak terpelajar seperti kaum Sudra. Namun balik lagi kepada pengertian ilmu pengetahuan itu sendiri, bahwa pengetahuan tidak akan ternodai oleh apapun hanya karena dipelajari oleh orang yang tidak terpelajar. Asalkan yang mempelajarinya memiliki hati yang suci dan tuus, veda itu akan tersucikan dengan sendirinya.
            Sesungguhnya, keempat Catur Varna sangat berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Keempat catur varna ini tidak dapat dipisahkan oleh apapun. Jika di ibaratkan sebagai bagian dari tubuh dari manusia, Brahmana di ibaratkan sebagai Kepala dari manusia sebagai otak dari segala yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, Ksatria di ibaratkan seperti Tangan kita yang berfungsi menggerakan tangan kita setelah diperintahkan dari otak itu sendiri, Waisya di ibaratkan seperti Perut kita, jika perut kita kosong, apa kita dapat berpikir dengan jernih? Tentu tidak, selanjutnya adalah Sudra yang di ibaratkan sebagai Kaki kita yang berfungsi untuk melayani kemanapun kita ingin melangkah. Coba bayangkan saja jika kita hanya memiliki Kepala, Perut dan Kaki, sedangkan kita tidak memiliki tangan, apa kita dapat mengambil sesuatu yang dikehendaki oleh kita? Tentu tidak bisa bukan? Ya sama halnya dengan keberadaan Catur Varna itu, keempatnya tidak dapat dipisahkan karena memilki fungsi masing-masing yang semuanya saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu jangan pernah kita menganggap bahwa Varna atau Kasta itu sebagai sesuatu yang negative. Tapi anggaplah itu sebagai suatu kesatuan yang mengatur kehidupan kita di masyarakat.
 https://docs.google.com/file/d/0B2LQRHIEG0Pha3FuSkZON1dhQ2s/edit


Tidak ada komentar:

Posting Komentar