Selasa, 29 Januari 2013

“Ngayah menurut Pandangan Hindu”



 Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa bekerja tidak hanya menjadi seorang karyawan atau pegawai. Menurut pandangan hindu, ngayah juga termasuk dalam salah satu pekerjaan, tetapi pekerjaan yang tidak mengharapkan upah atau hasil. Ngayah tentu bukan merupakan hal aneh bagi umat hindu umumnya, atau masyarakat Hindu Bali khususnya. Dalam berbagai kegiatan keagamaan Hindu, ngayah itu bagai “Oksigen” yaitu suatu kebutuhan hakiki yang menghidupkan darah religiusitas kita. Tapi pada saat yang sama ngayah sekaligus bagai “air dan api kosmis” yang mencuci jernih keruh-keruh karma kita atau membakar bebaskan benih-benih kemalasan (tamasa) yang mencengkram Dharma kita. Sejauh mana manusia Hindu memahami, menghayati dan merefleksikan ngayah dalam kehidupan keagamaannya? Secara intra-personal (dalam hubungan manusia dengan Tuhannya) adalah terpulang kepada manusia Hindu bukanlah manusia yang terasing secara inter-personal (hubungan horizontal antara yang satu dengan yang lainnya) atau sosio-kultural. filosofi ngayah sangat relevan kita angkat sebagai “Pratipadhya”(topik) untuk diperbincangkan dalam tulisan ini, terutama dalam konteknya dengan kehidupan sosioreligius-kultural Hinduisme. Mengapa dan untuk apa kita ngayah? Apa sih sesungguhnya arti dan makna dari ngayah itu dalam hidup keagamaan kita? Dan seratus pertanyaan bisa bermunculan dari topik tersebut.
                Ngayah secara harfiah memiliki arti melakukan pekerjaan tanpa mendapat upah (kamus Bali-Indonesia,1990) Istilah ini dari segi etimologis diadopsi dari konteks politik dan kultur feudal dari zaman raja-raja Bali, yakni dari akar kata “Ayah”yang terpancar dari budaya PURUSAISME atau Patrilineal/Patrirhat (garis keturunan ayah), terutama berkaitan dengan sistem pewarisannya. Maka kemudian menjadi “ayahan” yang secara sangat spesifik ialah mengacu pada Tanah ayahan desa (sebagai bagian integral tanah adat) dan konskuensinya. Sebagai salah satu wujud tanggung jawab dalam ngayah, ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi/dijalankan oleh seseorang yang mendiami tanah ayahan, yakni:
1.       Kewajiban religius-teritorial, terutama Pura Kahyangan Tiga (pengayah pura)
2.       Kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan sosiokultural banjar adat (pengayah banjar adat)
3.       Kewajiban berupa dedikasi, loyalitas berkaitan dengan raja-raja yang memerintah pada masa itu (pengayah puri). Karena sebagian tanah-tanah ayahan itu adalah pemberian dari raja yang diperoleh (sebagai rampasan perang) atas penaklukan kerajaan/ daerah lain.
Dari latar belakang sosiologis dan historis semula kata ngayah berasal dari kata ayah, pengayah, ayahan, dan ngayahang, saling terkait dan telah membawa konsekuensi logis bagai pengayah untuk melakukan kewajiban sosio-religiuskultural, yakni ngayahang. Konsekuensi eksistensislistis ini juga berimplikasi terhadap kenyataan lingual budaya ngayah itu sendiri. Namun sering kali muncul pertanyaan, “apakah ngayah masih relevan untuk jaman sekarang ini?” jawabannya, “ya”. Refleksi ethos ngayah dalam kontek budaya global ini dapat dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan catatan, bahwa segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia Hindu itu dilandasi Jiwa Dasyam yang tulus dan ikhlas kepada Ista Dewata (Hyang Widhi dalam segala perwujudannya sebagai SAGUNA BRAHMAN, atau pun dalam ketidakberwujudannya sebagai NIRGUNA BRAHMAN yang dipuja/puji sebagai satu-satunya perlindungan). Bentuk pemahaman, penghayatan dan implementasi ngayah dalam arti luas ini, antara lain dapat direfleksikan melalui menulis cerita-cerita ke-Tuhanan, menulis buku-buku agama, Dharma wacana, menyekolahkan anak yatim/piatu, mengajarkan tentang agama dan sebagainya.
Adapun hakikat filosofi ngayah yang menjelaskan bahwa aktivitas ngayah masih melekat dalam sikap bathin dan budaya manusia Hindu yang selalu berpegang pada suatu rumusan filosofis “kerja sebagai ibadah” dan “ibadah dalam kerja”. Dalam disiplin kerja relegius manusia modern (barat) pemahaman demikian tertuang salam motto “ora et labora” (bekerjalah dan berdoalah). Paham kerja dalam folosofis ini ialah representasi kerja dari sesosok “para bhakta” sebagai “Dasyam” kepada Ista Dewata.  Seperti isi sloka yang terdapat dalam kitab Bhagavad Gita bab II sloka 47 berikut ini:
Karmany evadhikaras te
ma phalesu kadacana
ma karma phala heturbhur
 ma te sanggostava akarmani

artinya: Hanya berbuat untuk kewajiban bukan hasil perbuatan itu (kau pikirkan), jangan sekali-kali pahala menjadi motifmu bekerja, jangan pula tidak bekerja (sebab tak berharap pahala).

Dalam paham kerja ini, hanya semata-mata untuk pahala material (pamrih), atau sama sekali tidak bekerja, (nirkarma) karena semata-mata sesempit “angin di kurungan ruas bambu” sindiran Mpu Kanwa. Etika keutamaan yang berabad-abad telah dikemukan oleh Sokrates, Plato dan Aristoteles yang pada dasarnya berorientasi pada “being human”, dengan rumusan “what kind of person should I be?” (saya harus menjadi orang yang bagaimana). Sedang etika kewajiban yang dikembangkan oleh David Hume, dan Kant bagi kehidupan zaman modern, pada prinsipnya berorientasi pada “ doing human?” dengan rumusan “what should I do?”(apa yang harus saya lakukan?). Rumusan ini bagi sosok manusia Hindu lebih jauh diperdalam dalam pemahaman “kharisma” yang di sebut “Taksu”. Konsep ini spiritual taksu menjadi dasar baik dalam representasi paham kerja yang mengacu pada being maupun doing manusia. konsep ini tidak semata-mata memberi pergulatan teknik, tapi juga religius yang pengayan dan pendalaman atas nuansa spiritual dan theologisnya tentu berbaris pada aktivitas NGAYAH.
Dalam tatanan inilah kegiatan ngayah secara filosofis adalah upaya yang otomatis memiliki hakikat kebebasan eksistensial ini, seperti di sindir di dalam lontar Singhalanggyala Parwa, bahwa tidak jatuh dari langit yang dinyatakan : “tan hanang wastu tan palalayan” (tiada anugerah tanpa suatu usaha sungguh-sungguh untuk menggapai-Nya. Berikut ini ada beberapa sloka yang memuat etos kerja menurut pandangan hindu:





1.      Atharvaveda XX.18.3
Icchanti devah sunvantam
Na svapnaya sprhayanti.
Yanti pramadam atandrah.

Artinya: Para dewa menyukai orang-orang yang bekerja keras. Para Dewa tidak menyukai orang-orang yang gampang-gampangan dan bermalas-malas. Orang-orang yang selalu waspada mencapai kebahagiaan yang agung.

2.      Atharvaveda X. 53. 8
Krtam me daksine haste
Jayo me savya ahitah
Gojid bhuyasam asyajid
Dhanamjayo hiranyajit

Artinya: Ketekunan semoga ada di tangan kanan dan kejayaan ada di tangan kiri. Semoga kami mendapatkan sapi-betina, kuda, kekayaan dan emas

3.      Rgveda X 42. 10
Gobhis tarkma-amatim durevam
Yavena ksudham puruhuta visvam
Vayam rajabhih prathama dhanani-
Asmakev janena jayema

Artinya: Ya, Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi, semoga kami menyeberangi kemiskinan yang tidak bisa itu dengan memperoleh sapi-sapi betina itu. Semoga kami mengatasi rasa lapar kami dengan memilikki makanan padi-padian seperti gandum, semoga kami memperoleh kekayaan dari para raja dan mencapai keberhasilan dengan usaha-usaha kami.

4.      Rgveda X. 117.7
Krsan it phala asitam krnoti
Yan adhvanam apa vrnkte caritraih
Vadan brahma vadato vaniyan
Prnan apir aprnantam abhi syat

Artinya: Sebuah mata bajak yang membajak menghasikan padi-padian, seorang laki-laki yang berjalan menteberangi jalanan. Seorang laki-laki yang terpelajar menyanyikan mantra-mantra Veda, adalah lebih unggul daripada seorang yang tetap diam. Orang yang dermawan melebihi orang yang tidak menolong temannya.

5.      Rg veda VII.32.9
Ma sredhata somino daksata mahe
Krnudhvam raya atuje
Taranir ij jayati kseti pusyati
Na devasah kavatnave

Artinya: Wahai orang-orang yang berpikiran mulia, janganlah tersesat, janganlah tersesat. Tekunlah dan dengan tekad yang keras untuk mencapai tujuan-tujuan yang tinggi. Bekerjalah dengan tekun untuk memperoleh kekayaan. Orang yang bersemangat (tekun sekali) berhasil, hidup berbahagia dan menikmati kemakmuran. Para dewa tidak pernah menolong orang yang bermalas-malas.

6.      Canakya Nitisastra VII.2.
Dhana-dhanya prayogesu vidya saygrahanenu ca,
Ahare vyahara ca tyakta lajjaa sukhi bhavet

Artinya: Dalam urusan mencari beras dan dalam urusan keuangan, dalam hal menuntut ilmu, dalam hal menikmati makanan dan dalam hal berdagang, orang hendaknya meninggalkan rasa malu. Orang tersebut akan memperoleh kebahagiaan.

7.      Sarasamuccaya 261
Dharmenarthah samaharyo
Dharmalabdham triad dhanam,
Kartavyam dharma paramam
Manavena prayatnatah

Artinya: Dengan cara berusaha memperoleh sesuatu hendaklah berdasarkan dharma. Dana yang diperoleh karena usaha, hendaklah dibagi tiga, guna melaksanakan (biaya) mencapai yang tga itu; perhatikanlah itu baik-baik.


Dari sloka di atas, dapat disimpulkan bahwa bekerja menurut pandangan Hindu adalah, bekerja yang sesuai dengan kewajibannya dan dharma, janganlah hasil yang diharapkan. Melakukan pekerjaan sendiri meskipun tidak sempurna, lebih baik daripada melakukan pekerjaan orang lain tapi dengan sempurna. Meskipun bekerja dalam hal ini tidak harus selalu dikaitkan dengan ngayah, yang terpenting, pekerjaan yang dilakukan harus berlandaskan dengan dharma. Untuk memperoleh kekayaan yang berlimpah, seseorang harus melakukan usaha dan kerja keras tentunya disertai dengan berdoa. Karena Tuhan/ Brahman tidak akan mengasihani orang-orang yang bermalas-malasan.
Dengan berkaca pada sloka-sloka di atas, tentunya masyarakat hindu memandang jenis pekerjaan bukanlah hanya sekedar ngayah saja, melainkan banyak pekerjaan lain yang dapat dilakukan, dengan catatan bahwa pekerjaan tersebut baik dan harus dilaksanakan sesuai dengan dharma. Dan janganlah kita sekali-sekali melakukan pekerjaan orang lain dengan sempurna tetapi pekerjaan sendiri tidak dilakukan dengan sempurna. Dalam konteks ini, bukan berarti kita tidak boleh menolong sesama, tetapi yang dimaksud dalam hal ini adalah mengambil pekerjaan orang lain yang bukan merupakan tanggung jawab kita. Di dalam ajaran agama hindu juga terdapat ajaran Karma Marga Yoga yang merupakan etos kerja atau budaya kerja bagi bagi umat Hindu di dalam usaha mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan bathin.

https://docs.google.com/file/d/0B2LQRHIEG0PhSzV6akJCVkhDNWc/edit













Tidak ada komentar:

Posting Komentar