Selasa, 29 Januari 2013

“Transendensi Bali”



                Bali bukan lagi sekedar memiliiki keindahan alam dan warga yang ramah. Tetapi, bali juga mengalami kekayaan nilai dan aktivitas peribadatan atas keyakinannya atas kekuatan yang jauh lebih besar. Bali  bukanlah panorama alam yang memikat semata sebagai konsepsi profan, tetapi masyarakat bali memiliki penghayatan dan pengabdian nilai atas nilai-nilai luhur kepada sang Pencipta. Inilah dimensi Transendensi warga Bali. Nilai adalah sesuatu yang dianggap paling berharga dalam kehidupan bermasyarakat pada zamannya. Nilai juga dapat berwujud cara, pola tindakan, dan struktur sosial. Nilai sering kali diyakini sebagai representasi komitmen moral  bagi para anggota komunitas tertentu yang dijadikan acuan dalam hidup bersama, digunakan sebagai sumber apresiasi, berkreativitas, dan mengungkapkan berbagai kata hati. Moral sangatlah berharga, maka dari itu menjadi kewajiban bagi setiap anggota untuk memelihara, melestarikan dan memaknainya dengan cara yang paling baik menurut ukuran mereka.
                Dari waktu ke waktu, berbagai kebutuhan muncul sebagai sesuatu yang harus dipenuhi. Kebutuhan baru itu dalam perjalanannya sebagian telah di adaptasi, di akomodasi, dan dijadikan acuan bersama. Akibatnya, terdapat komitmen moral yang tadinya dirumuskan untuk tujuan baik, namun dalam kenyataannya telah mengalami benturan dan dianggap menjadi sesuatu yang tidak sesuai. Dalam mekanisme, terjadi peningkatan modifikasi atau adaptasi dengan modifikasi melalui beberapa proses pemahaman dan penafsiran  kea rah tingkat abstraksi yang berlaku umum. Hal ini dapat berarti ganda atau ambigu. Yakni manusia berusaha menyesuaikan kehidupannya dengan lingkungan dan sebaliknya, manusia berusaha menyesuaikan lingkungan dengan keinginan dan tujuan mereka dalam berbagai aktivitas kebudayaan mereka. Jika manusia menganggap cara penyesuaian dan cara member arti yang dilakukan sebelumnya kurang relevan, cara itu akan diganti dengan cara yang dianggap lebih cocok, setelah melalui mekanisme pemahaman dan soisalisasi.
                Pemahaman secara cermat mengindikasikan bahwa dalam proses itu diakui ada aktivitas manipulasi simbolis yaitu suatu cara yang mengedepankan kultur yang relevan dan menyembunyikan yang kurang sesuai dengan situasi yang sedang berkembang. Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan adalah kenyataan bahwa kebudayaan hanya berhubungan dengan hal yang subjektif. Sedangkan tindakan sosial serta benda material yang objektif merupakan hasil kebudayaan. Hal ini berarti terdapat pemisahan yang tegas antara kebudayaan dan hasil kebudayaan. Pengertian pertama yang bersifat subjektif dan kedua yang bersifat objektif teramati. Dengan pernyataan lain, kebudayaan adalah jagat makna atau nilai yang dikomunikasikan melalui simbol sakral sebagai terminologis budaya yang sifatnya teoritis dan simbolik. Ia berasal dari proses refleksi subjektif dan setelah melalui proses objektivasi sosial melahirkan ikatan eksplisit antara tema-tema penting yang berakar dalam berbagai lembaga. Makna sakral dalam konteks ini karena kekuatan penyeimbang selalu diharapkan dari kekuatan transenden, tentunya di samping hal nyata yang imanen.https://docs.google.com/file/d/0B2LQRHIEG0PhdEhQbWNtMml6Rk0/edit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar